Hari kamis pukul tujuh pagi. Kitoku,
Ikuto dan Kanata, atau kita panggil KuIKa aja yach! Mereka bersepeda bersama
menuju Taman Taitei, tempat KuIka biasa nangkring. Jaraknya lumayan jauh,
sekitar 3 km dari rumah mereka. Di Taman Taitei, KuIKa berbaring di tepi kolam,
lalu Ikuto menyanyikan sebuah lagu yang membuat mereka mengenang akan masa
lalu.
Tanggal 7 Maret, bisa dibilang empat
hari lagi, kegiatan sekolah sudah dimulai. Musim salju yang menyenangkan telah
berakhir dan KuIKa harus kembali tanggal 4 Maret ke Tokyo, mengawali semester
genap di masa SMA untuk pertama kalinya.
Mereka harus puas-puas bermain sebelum kembali ke Tokyo esok hari.
“Hmmm, apakah kita tidak bisa
tinggal di sini beberapa hari lagi? Lima hari di Osaka terlalu cepat berlalu”
ucap Ikuto yang sebenarnya ingin libur lebih lama.
“Iya, lima hari enggak kerasa ya”
Kanata angkat bicara.
“Kalau aku sich enggak masalah, yang
penting happy” Kitoku member pendapat.
“Besok kita ke Tokyo, pulang yuk.
Aku pengen beres-beres terus istirahat yang banyak, badan aku pegal-pegal nih”
Kanata duduk dan menekan-nekan bahunya.
“Kamu begadang lagi?” ucap Ikuto dan
Kitoku serempak.
“Ngapain aja? Baca komik?” tiga
pertayaan.
“Komik apa?” empat pertanyaan.
“Karya siapa?” lima pertanyaan.
“Boleh pinjam enggak?”
Wajah kedua cowok ini semakin dekat,
semakin dekat, dan semakin dekat dengan wajah Kanata. Dan akhirnya,
“KOK COPY KATA-KATA AKU TERUS
SICH?!” selesai sudah kumat kedua anak cowok ini. Kitoku dan Ikuto sering
melakukan hal itu, sementara kedua cowok ini bertatap muka, selalu saja
tiba-tiba.
“Huahahahahaha!!” Kanata tertawa
terbahak-bahak sambil memegan perutnya. Setelah suasana lebih rileks, KRUYUUUUK!!
Cacing-cacing di dalam perut KuIKa mulai parade.
“Pulang yuk, laper nih” Kanata mulai
berdiri lalu diikuti kedua sahabatnya.
Kali ini Kanata tidak duduk manis di belakang
dia meminjam sepeda Ikuto. Sementara Ikuto dan Kitoku sudah lebih dulu
meninggalkan Kanata. Kanata yang merasa kesal telah ditinggal mengerahkan
seluruh tenaganya untuk mengayuh pedal sepeda. Yup! Kanata mendahului Ikuto dan
Kitoku. Tetapi kelegaan itu hana sesaat. GUBRAKK!!! Kanata terjatuh dari sepeda
karena jalan bergelombang dan terseret sejauh dua meter. Tangan kirinya lecet,
menampakkan bercak darah.
“Kenapa bisa jatuh sich? Kayak anak kecil aja”
ucap Ikuto sambil mengikatkan sobekan lengan kiri bajunya untuk menutup luka
Kanata.
“Lho? Topiku mana?” kata Kanata sambil meraba
kepalanya hingga ujung rambut.
“Nih” Kitoku memasangkan topi tersebut di
kepala Kanata.
“Ayo naik” lalu KuIKa pulang ke rumah neneknya
Kanata sambil melantunkan lagu kesukaan masing-masing.
~***~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar