Sabtu, 14 Desember 2019

After (Part 1)

Lama sudah rasaya tidak menulis di dalam catatan ini
beberapa waktu lalu kucoba untuk menuangkan berbagai isi dalam sebuah buku
buku tersebut bersampul hitam
tentang sebuah kenangan yang mengingatkanku tentang seseorang
seorang manusia biasa

begitu bayak kebiasaanku dan kebiasaannya berubah demi kami
aku yang mulanya sangat tertutup rapat namun ternyata penceloteh minta ampun
menemukan teman yang sehobi dan tidak mengeluh meski harus berjalan kaki 17K
seseorang yang tidak mudah baper tapi setia (katanya) 😁
kami berbicara secara online yang tiada habisnya
mulai dari beberapa hari setelah penanjakanku yang kedua
pertemuan pertamaku saat itu bermula pada sebuah gunung

hobi mempertemukan kami pada 17 Maret 2019
perjumpaanku dengannya tak memberikan kesan baik
rambut panjang, kumisan, kucel, badan besar, kulit gelap
kesan fisik yang menyeramkan menurutku
namun ternyata dibalik itu semua tersimpan tutur bicara yang lembut
penampilan seperti itu sebagai tameng katanya, hahaha
saat kami semua akan berpisah pulang,
banyak yang saling berbagi alamat Instargram satu sama lain
aku yang saat itu terkapar karena ngantuk ya tidak sadar
rupanya adikku yang memberikan akun IGku
sesampainya di kota kembali banyak yang saling follow
sementara aku tidak mau membubuhkan ID IG aku
hanya segelintir orang dari 32 orang yang saling follow denganku di IG
ya, benar, karena aku tertutup, entahlah kalau aku apatis juga, cuek
belum sampai sepekan setelah sampai di Pekanbaru,
aku melihat story nya tentang ciptaan Allah yang sangat indah
RINJANI
di saat itulah aku mulai ngobrol-ngobrol via DM IG dengannya

obrolan kami terus berlanjut tiada putusnya, setiap hari
dulu aku terheran-heran dengan temanku
setiap hari kontakan dengan (yang saat itu) calon suaminya (karena saat ini sudah menikah)
dan ternyata aku merasakannya,
bercerita berbagai hal hanya pada satu orang setiap harinya
kalian tahu? obrolan dengan dia itu tidak ada ujungnya

pada 19 April 2019 kami merencanakan perjalanan
karena suntuknya dengan rutinitas,
aku mencanangkan untuk berjalan-jalan
namun tak bermalam dan low budget
akhirnya kami merencanakan rute berjalan kaki
perencanaannya ya bisa dibilang cukup matang
mulai jam berapa
estimasi selama perjalanan berapa lama
nanti singgahnya dimana saja
semuanya sudah terancang
dan tibalah harinya
di tengah perjalanan kami mengobrol panjang
panjaaaaaaang sekali
yang awalnya kami berencana akan membicarakan film di perjalanan
sampai-sampai tidak ada waktu untuk memikirkannya hahaha
semuanya mengalir begitu saja

saat itu semuanya masih terasa biasa
namun ternyata benih-benih cinta mulai bersemai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar